Berinvestasi di pasar saham memang menjanjikan potensi keuntungan yang besar. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan pertumbuhan sebesar 35,45% dalam periode 2015 hingga 2024. 

Tetapi dibalik itu, ada banyak ketidakpastian yang membuat banyak orang ragu untuk memulainya. Salah satu tantangan terbesar adalah memilih saham yang benar-benar memiliki potensi naik. 

Agar tidak salah langkah, penting untuk mempelajari dasar-dasar analisa saham. Di artikel ini kita akan membahas secara lengkap mengenai cara menganalisa saham yang berpotensi naik. Yuk kita mulai dari pengertiannya!

Pengertian Analisa Saham

Analisa saham adalah proses evaluasi terhadap suatu saham untuk mengetahui apakah saham tersebut layak dibeli, dijual, atau ditahan. Tujuan melakukan analisa saham adalah untuk memprediksi arah pergerakan harga saham di masa depan berdasarkan data dan informasi yang tersedia. Dengan analisa yang tepat, kamu sebagai investor bisa meminimalkan risiko dan memaksimalkan potensi keuntungan.

Secara umum, ada dua jenis analisa saham yang paling sering digunakan: analisa fundamental dan analisa teknikal. Analisa fundamental fokus pada kondisi keuangan dan prospek bisnis perusahaan, sedangkan analisa teknikal melihat pergerakan harga saham dan volume transaksi melalui grafik. Kedua pendekatan ini memiliki kelebihan masing-masing dan seringkali digunakan secara bersamaan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap.

Analisa Fundamental Saham

Analisa fundamental cocok untuk kamu yang ingin berinvestasi dalam jangka panjang. Metode ini bertujuan untuk mengetahui nilai intrinsik suatu saham berdasarkan performa bisnis perusahaan dan kondisi industrinya. Berikut beberapa komponen penting dalam analisa fundamental:

1. Pelajari Laporan Keuangan Perusahaan

Laporan keuangan suatu perusahaan mencerminkan kondisi finansialnya. Beberapa bagian penting yang perlu kamu perhatikan antara lain:

  • Laporan laba rugi: menunjukkan pendapatan, beban, dan laba bersih perusahaan.
  • Neraca: menampilkan aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan.
  • Laporan arus kas: menggambarkan arus masuk dan keluar kas perusahaan.

Untuk pemula, cara mudah mempelajarinya adalah dengan membaca ringkasan kinerja keuangan dari laporan tahunan atau laporan kuartalan. Perhatikan tren pendapatan, pertumbuhan laba, dan stabilitas arus kas. Jika angka-angkanya terus menunjukkan pertumbuhan yang sehat, itu bisa menjadi indikasi yang baik.

2. Gunakan Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah alat untuk mengevaluasi efisiensi dan profitabilitas perusahaan. Dengan memahami rasio-rasio ini, kamu bisa membandingkan performa satu perusahaan dengan perusahaan lain di sektor bisnis yang sama.

Beberapa rasio penting yang bisa kamu gunakan:

  • EPS (Earnings per Share) = Laba Bersih / Jumlah Saham Beredar
  • PER (Price to Earnings Ratio) = Harga Saham / EPS
  • PBV (Price to Book Value) = Harga Saham / Nilai Buku per Saham
  • ROE (Return on Equity) = Laba Bersih / Ekuitas
  • DER (Debt to Equity Ratio) = Total Utang / Ekuitas

Rasio-rasio ini akan membantumu menilai apakah saham tersebut undervalued (terlalu murah) atau overvalued (terlalu mahal).

Baca juga: Saham Undervalue: Ciri-ciri dan Cara Menemukannya

3. Analisa Prospek Bisnis dan Persaingan Industri

Selain angka-angka, penting juga menilai arah perkembangan bisnis perusahaan. Apakah perusahaan berada di industri yang sedang berkembang? Apakah mereka punya keunggulan yang sulit ditiru pesaing?

Cara mudah menganalisanya adalah dengan membaca laporan tahunan perusahaan, berita industri, atau riset pasar. Lihat bagaimana perusahaan tersebut berinovasi, ekspansi, dan mengelola risiko bisnisnya. Semakin kuat prospek dan posisi perusahaan di industrinya, semakin besar pula peluang sahamnya untuk naik.

4. Pertimbangkan Faktor Ekonomi Makro dan Mikro

Faktor ekonomi juga mempengaruhi performa saham. Dari sisi makro, kamu perlu memperhatikan:

  • Inflasi
  • Suku bunga
  • Nilai tukar rupiah
  • Kebijakan moneter dan fiskal

Sedangkan dari sisi mikro, perhatikan faktor internal perusahaan seperti manajemen, struktur biaya, dan strategi bisnis.

Kamu bisa mengikuti berita ekonomi, laporan Bank Indonesia, atau riset dari lembaga keuangan untuk mengetahui kondisi terkini. Jika ekonomi makro mendukung dan kondisi mikro perusahaan solid, maka saham perusahaan tersebut memiliki peluang naik yang lebih besar.

Baca selengkapnya: Mengenal Analisa Fundamental Saham: Cara Cerdas Memilih Investasi Saham untuk Investor Pemula

Analisa Teknikal Saham

Analisa teknikal lebih cocok digunakan untuk investasi jangka pendek. Metode ini mengandalkan data historis harga dan volume saham untuk memprediksi pergerakan harganya di masa depan. Berikut beberapa langkah dalam melakukan analisa teknikal:

1. Kumpulkan Data Harga dan Volume Saham

Data harga dan volume merupakan fondasi utama dalam analisa teknikal. Data-data tersebut bisa menunjukkan minat pasar terhadap suatu saham dan membantu mendeteksi tren harga.

Cara mudah mendapatkannya adalah melalui aplikasi trading atau situs penyedia grafik saham seperti TradingView atau Yahoo Finance. Fokuslah pada data harian, mingguan, dan bulanan untuk memahami pola pergerakannya.

2. Pilih Jenis Grafik yang Sesuai

Grafik dapat membantu memvisualisasikan pergerakan harga. Beberapa jenis grafik yang umum digunakan adalah:

  • Line chart: Menyederhanakan pergerakan harga; cocok untuk pemula.
  • Bar chart: Menampilkan harga pembukaan, tertinggi, terendah, dan penutupan.
  • Candlestick chart: Populer di kalangan trader karena memberikan informasi lengkap dalam satu batang.

Pilih jenis grafik yang paling nyaman untuk dianalisis dan sesuai dengan strategi kamu.

3. Analisis Level Support dan Resistance

Support adalah level harga terendah yang cenderung menjadi titik pantul ke atas, sementara resistance adalah level harga tertinggi yang menjadi batas kenaikan.

Cara menganalisanya adalah dengan mengamati titik-titik di mana harga sering berbalik arah. Jika harga menembus resistance, kemungkinan harganya akan terus naik. Sebaliknya, jika menembus support, bisa jadi tren harga saham tersebut akan mengalami penurunan.

4. Gunakan Indikator yang Sesuai

Indikator teknikal adalah alat bantu yang digunakan untuk mengkonfirmasi tren dan sinyal beli/jual.

Beberapa indikator populer adalah:

  • Moving Average: Menunjukkan tren harga rata-rata dalam periode tertentu.
  • RSI (Relative Strength Index): Mengukur kekuatan tren, apakah overbought atau oversold.
  • MACD (Moving Average Convergence Divergence): Menunjukkan momentum dan arah tren.

Pilih indikator yang paling relevan dengan strategi kamu dan kombinasikan beberapa indikator untuk hasil yang lebih akurat.

5. Perhatikan Pola Pergerakan Grafik

Pola grafik bisa memberikan sinyal perubahan tren atau kelanjutan tren.

Beberapa pola yang sering muncul adalah:

  • Double top/bottom: Menandakan potensi pembalikan tren.
  • Head and shoulders: Biasanya menandakan pembalikan arah.
  • Triangle pattern: Bisa menandakan kelanjutan atau pembalikan tren tergantung arah breakout.

Dengan memahami pola-pola ini, kamu bisa mengantisipasi pergerakan harga berikutnya.

Analisa Mana yang Terbaik untuk Menilai Saham?

Tidak ada pendekatan yang paling benar atau paling salah. Analisa fundamental dan teknikal bisa saling melengkapi. Jika kamu investor jangka panjang, analisa fundamental lebih penting. Tapi kalau kamu aktif trading dalam jangka pendek, analisa teknikal bisa lebih berguna.

Banyak investor sukses justru menggabungkan keduanya: menggunakan analisa fundamental untuk memilih saham yang bagus, lalu menggunakan analisa teknikal untuk menentukan timing beli atau jual.

Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Saham

Untuk memahami mengapa harga saham bisa naik, kamu juga perlu memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berikut beberapa di antaranya:

  • Kinerja fundamental perusahaan: Jika laba bersih naik dan manajemen menjalankan strategi yang efektif, harga saham biasanya ikut naik.
  • Faktor ekonomi makro: Pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi yang terkendali, dan suku bunga yang mendukung akan membuat pasar saham lebih atraktif.
  • Sentimen pasar dan berita: Berita positif, baik dari dalam perusahaan maupun global, bisa meningkatkan minat beli investor.
  • Aksi korporasi perusahaan: Seperti stock split, pembagian dividen, atau akuisisi, seringkali meningkatkan minat terhadap saham perusahaan tersebut.
  • Kondisi industri dan sektor: Industri yang sedang naik daun biasanya akan menarik minat investor, apalagi jika perusahaan berada di posisi yang kuat dalam industri tersebut.
  • Kebijakan dan regulasi pemerintah: Kebijakan yang mendukung, seperti insentif pajak atau deregulasi, bisa mendorong kinerja perusahaan dan harga sahamnya.

Menganalisa saham memang butuh proses dan ketekunan. Tapi dengan memahami metode analisa fundamental dan teknikal, kamu bisa membuat keputusan yang lebih rasional dan tepat sasaran. Jangan mudah tergoda hype atau rekomendasi tanpa dasar yang jelas. Gunakan data dan analisa sebagai fondasi dalam mengambil keputusan investasi.

Ingat, tidak ada cara instan dalam berinvestasi saham. Dengan belajar secara konsisten, kamu akan semakin terampil dan bijak dalam menilai potensi sebuah saham.

Tinggalkan Balasan

Trending

Eksplorasi konten lain dari Bijak Finansial

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca